Aku ingin hidup di bawah langit yang -teduh. Langit yang disanggah oleh pepohonan pinus yang rindang, langit tanpa debu dan noda. Langit tanpa -kepedihan-.

Menjadi manusia seutuhnya -memang sulit-. Maksudku, sejauh apapun usaha dan kerja keras untuk memperbaiki diri tetap saja selalu ada yang kurang. Kecuali, kau ciptakan standarmu sendiri, versi-mu sendiri, langit-mu sendiri.

Aku menyebutnya, Langit Imaji.

Seberapapun baiknya dirimu, seberapapun buruknya dirimu, tetap saja ada dua partikel yang selalu hadir. Pecinta dan pembenci. Penyuka dan pe-tidak suka. Lovers dan haters.

Ingin menjadi apa dirimu? Maka ciptakan langit-mu sendiri. Hiduplah di dalamnya dengan penuh kedamaian terbungkus senyuman. Lupakan hingar-bingar yang membuat hidupmu sesak. Biarkan saja. Menarik diri terkadang lebih baik daripada tercebur, basah, dan babak belur. Pahami dirimu, sebelum mencoba memahami orang lain.

Ciptakan cinta dan jangan menuntut apapun perihal cinta.

Karena cinta yang tulus akan melahirkan hati-hati yang murni. Nikmati setiap cinta yang kau edarkan di bawah langitmu. Meskipun terkadang tiap benih cinta yang kau taburkan tak melulu berbuah suka-cita, nikmati saja. Syukuri. Kau tak pernah merasa sangat-sangat bahagia, kecuali saat seperti meneguk madu yang manis setelah menyicip empedu yang pahit pekat.

Lukislah langitmu sendiri.

Hiduplah dibawahnya dengan penuh kedamaian. Meskipun kau bukan Tuhan yang mustahil mampu menciptakan langit-Nya yang begitu luar biasa memukau, buat saja langit imaji. Langitmu. Untukmu sendiri.

Jika saat ini kau masih belum merasa nyaman dalam menjalani hidup, bisa jadi itu bukan langitmu. Jadi, ciptakan langitmu sendiri.
Langit Imaji.

Manisa, 11 Juli 2017